PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mengingat pentingnya
peranan matematika ini, upaya untuk meningkatkan sistem
pengajaran matematika selalu
menjadi perhatian,
khususnya bagi pemerintah
dan ahli pendidikan
matematika. Salah satu upaya nyata yang
telah dilakukan pemerintah terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor
6 tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap
sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah
tersebut mengamanatkan kepada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Menurut Depdiknas
(2006), Salah
satu tujuan Kurikulum KTSP
pelajaran matematika yaitu
agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
Menurut
Rohana (2011:111) Dalam memahami konsep matematika
diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan
saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika
masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi
(2006:156) bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar matematika,
tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak
konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu
yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman konsep merupakan bagian yang
paling penting dalam pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi
(2003:7) bahwa ”mata pelajaran matematika menekankan pada konsep”. Artinya
dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep matematika
terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan
pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep-konsep dalam matematika
terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis dari yang paling
sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman terhadap konsep-konsep matematika
merupakan dasar untuk belajar matematika secara bermakna.
Untuk mencapai pemahaman konsep
peserta didik dalam matematika bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman
terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individual. Setiap peserta
didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep – konsep
matematika. Namun demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu
diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya
untuk mengatasi permasalah tersebut, guru dituntut untuk profesional dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu
mendesain pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang
mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Berdasakan latar belakang masalah, makalah ini mengkaji
tentang pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika.
PEMBAHASAN
A.
Definisi Pemahaman dan Konsep
Dalam proses mengajar, hal
terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar mahasiswa mampu memahami
sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan
hal yang sangat fundamental, karena dengan
pemahaman
akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Menurut Purwanto (1994:44) pemahaman
adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau
konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sementara Mulyasa (2005 : 78)
menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu. Selanjutnya Ernawati (2003:8) mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu
mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami,
mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.
Menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa
pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik
sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk
mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang
terkait.
Berdasarkan
pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan pemahaman adalah suatu cara
yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang
diperolehnya.
Setiap
materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep yang harus disukai siswa. Pengertian konsep Menurut Ruseffendi (1998:157) adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan
contoh dan bukan contoh dari ide tersebut.
B. Pemahaman
Konsep Matematika
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan
konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap
pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa
memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar
yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa
sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan
bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa
menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau
prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai
susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya
sama.
Menurut
Sanjaya (2009) mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa
yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar
mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan
interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur
kognitif yang dimilikinya.
Berdasarkan
uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi pemahaman konsep adalah
Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang
diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga
orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
Mengingat
pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan Carpenter (dalam
Dafril: 2011). Pengajaran yang
menekankan kepada pemahaman mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:
1.
Pemahaman memberikan generative artinya
bila seorang telah memahami suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan
pemahaman yang lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa
sehingga setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang
sudah ada sebelumnya.
2.
Pemahaman memacu ingatan artinya suatu
pengetahuan yang telah dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara
efektif dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema
atau pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir
sehingga pengetahuan itu lebih mudah diingat.
3.
Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang
harus diingat artinya jalinan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu
dengan yang lain dalam struktur kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh
pemahaman merupakan jalinan yang sangat baik.
4.
Pemahaman meningkatkan transfer belajar
artinya pemahaman suatu konsep matematika akan diperoleh siswa yang aktif
menemukan keserupaan dari berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa
untuk menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu
kondisi tertentu.
5.
Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa
artinya siswa yang memahami matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan
yang positif yang selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan
matematikanya.
C. Indikator
Pemahaman Konsep
Menurut Sanjaya (2009) indikator yang
termuat dalam pemahaman konsep diantaranya :
1.
Mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya
2.
Mampu
menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan,
3.
Mampu
mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut,
4.
Mampu
menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
5.
Mampu
memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari,
6.
Mampu
menerapkan konsep secara algoritma,
7.
Mampu
mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
Pendapat diatas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen
Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang rapor pernah diuraikan
bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu :
1.
Menyatakan
ulang sebuah konsep,
2.
Mengklasifikasi
objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya,
3.
Memberikan
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
4.
Menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
5.
Mengembangkan
syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
6.
Menggunakan
dan memanfaatkan serta memilih prosedur
atau operasi tertentu,
7.
Mengaplikasikan
konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
Mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika maka perlu diadakan penilaian
terhadap pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. Tentang penilaian
perkembangan anak didik dicantumkan indikator dari kemampuan pemahaman konsep
sebagai hasil belajar matematika Tim PPPG Matematika 2005:86 (dalam Dafril,
2011) Indikator tersebut adalah :
1)
Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah
dikomunikasikan kepadanya;
Contoh: pada saat siswa belajar maka siswa mampu
menyatakan ulang maksud dari pelajaran itu.
2)
Kemampuan mengklafikasikan objek menurut
sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan
suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam
materi.
Contoh: siswa belajar suatu materi dimana siswa dapat
mengelompokkan suatu objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada
pada konsep.
3)
Kemampuan member contoh dan bukan contoh
adalah kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari
suatu materi.
Contoh: siswa dapat mengerti contoh yang benar dari
suatu materi dan dapat mengerti yang mana contoh yang tidak benar
4)
Kemampuan menyajikan konsep dalam
berbagai bentuk representasi matematika adalah kemampuan siswa memaparkan
konsep secara berurutan yang bersifat matematis.
Contoh: pada saat siswa belajar di kelas, siswa mampu
mempresentasikan/memaparkan suatu materi secara berurutan.
5)
Kemampuan mengembangkan syarat perlu
atau syarat cukup dari suatu konsep adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat
perlu dan mana syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi.
Contoh: siswa dapat memahami suatu materi dengan
melihat syarat-syarat yang harus diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan
harus dihilangkan.
6)
Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan
memilih prosedur tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan
tepat sesuai dengan prosedur. Contoh: dalam belajar siswa harus mampu
menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
7)
Kemampuan mengklafikasikan konsep atau
algoritma ke pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta
prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh: dalam belajar siswa mampu menggunakan suatu
konsep untuk memecahkan masalah.
D.
Pembelajaran Matematika
Untuk Kemampuan Pemahaman Konsep
Pelajaran Matematika sering merupakan momok bagi
para siswa. Banyak siswa dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang membenci
mata pelajaran ini. Kesulitan yang harus
dihadapi dengan berbagai penggunaan logika dan rumus dalam menyelesaikan soal
merupakan kendala dan permasalahan besar. Namun ada teori belajar matematika yang sebenarnya mudah untuk dilakukan.
Menurut Suherman (2001) Dengan menerapkan teori ini, matematika bukanlah
menjadi mata pelajaran yang harus dihindari. Teori tesebut yaitu:
a.
Memahami konsep dan
bukan menghapal rumus, maksudnya teori belajar
matematika pertama yang harus diingat adalah bahwa belajar matematika berarti
memahami konsep untuk setiap soal yang dihadirkan. Walau di dalam matematika
ada rumus yang harus dihapal, namun inti dari pelajaran matematika adalah
pemahaman. Seberapa hebat anda dalam menghafal berbagai rumus matematika, tidak
akan bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami. Pemahaman konsep menjadi modal utama dalam menguasai pelajaran
matematika. Itulah teori belajar matematika yang paling utama yang harus
dikuasai terlebih dahulu.
b.
Belajar dari contoh
soal, maksudnya memahami konsep bisa dilakukan
dengan cara membaca berbagai uraian pelajaran matematika. Namun teori saja
tidak akan dapat membuat pemahaman secara lengkap. Diperlukan juga praktik yang
artinya Anda harus belajar dari berbagai soal. Teori belajar matematika kedua
yang juga sangat mudah dilakukan adalah belajar dari contoh soal. Uraian teori
yang anda peroleh harus anda terapkan di dalam berbagai contoh soal. Dengan melihat
bagaimana teori dalam menyelesaikan berbagai soal, anda akan lebih mampu lagi
memahami konsep secara menyeluruh. Soal-soal inilah yang merupakan refleksi
dari bahan pelajaran sebenarnya.
Berdasarkan
pendapat diatas bahwa pemahaman konsep matematika sangatlah penting dikuasai
oleh siswa, sehinga siswa tidak lagi hanya menghapal rumus tetapi dia
benar-benar memahami konsep matematika kemudian pemahaman konsep juga bisa
mudah dipahami dengan belajar dari contoh-contoh soal matematika itu sendiri.
Agar
lebih memahami penjelasan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika,
dibawah ini akan di contoh soal pemahaman konsep berdasarkan indikatornya.
1.
Menyatakan
ulang sebuah konsep
Contoh
soalnya adalah siswa mampu mendefinisikan ulang perkalian dua.
2 x 1 = 2
2 x 2 =
2 + 2 = 4
2 x 3 =
2 + 2 + 2 = 6
…….dst
Mendefinisikan
perkalian disini maksudnya siswa setelah belajar perkalian ia mampu
menyatakan ulang perkalian dua tersebut.
2.
Mengklasifikasi
objek sesuai dengan konsepnya.
Maksudnya
siswa mampu mengkelompokkan sifat-sifat tertentu suatu objek menurut
jenisnya dan sifat-sifat.
Dalam menyelesaikan Sistem persamaan
Linier dimana siswa dapat mengelompokkan
suatu objek dari soal sesuai dengan sifat-sifatnya, sehingga siswa dapat
menyelesaikan sistem persamaan linier tersebut menggunakan berbagai metode.
Seperti metode grafik, eleminasi, substitusi dan gabungan antara eliminasi
& substitusi.
Contoh :
Ibu membeli duah buah potong kain untuk
pakaian yang berwarnah hijau dan kuning. Dari kedua potongan kain tersebut
masing-masing berukuran 12 meter yang berwarna hijau dan 24 meter berwarna
kuning. Tentukan :
a.
Banyak stel pakaian yang dibuat, jika
untuk seorang laki-laki saja membutuhkan
3 meter kain hijau dan 4 meter kain kuning.
b.
Banyak stel pakaian yang dapat dibuat,
jika untuk seorang perempuan saja membutuhkan 4 meter kain hijau dan 6 meter
kain kuning.
Untuk menyelesaikan soal seperti ini
siswa harus mampu mengelompokkan menurut jenis dan sifat-sifatnya.
Penyelesaian
:
Dik
:
|
Hijau (m)
|
Kuning (m)
|
Laki –laki
(x)
|
3
|
4
|
Perempuan (y)
|
4
|
6
|
Total kain
|
12
|
24
|
Disini
telah terjadi pengelompokkan dan akhirnya siswa mampu membentuk model
matematika : 3x + 4y = 12 dan 4x + 6y= 24.
Sehingga
siswa dapat menyelesaikan system persamaan linier tersebut menggunakan salah
satu metode yang disebutkan diatas.
3.
Kemampuan mengembangkan syarat perlu
atau syarat cukup dari suatu konsepa maksudnya siswa mampu menganalisa suatu
soal mana syarat perlu dan mana syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep
materi.
Contoh: siswa dapat memahami suatu
materi dengan melihat syarat-syarat yang harus diperlukan/mutlak dan yang tidak
diperlukan harus dihilangkan pada Persamaan
kuadrat yang akar-akar Real, kembar dan imajenir hanya menggunakan Diskriminan
tanpa harus mencari nilai akar-akar Persamaan kuadrat tersebut.
ax2 + bx + c = 0
Dengan
Diskriminan (D)
D = b2
– 4ac, Jika :
D > 0 : akar-akar Persamaan Kuadratnya beda dan real.
D = 0 :
akar-akar Persamaan Kuadratnya kembar/sama
D <
0 : akar-akarnya imajenir
Biasanya siswa langsung mencari akar-akar persamaan
kuadratnya menggunakan pemfaktoran / melengkapkan kuadrat sempurna /
menggunakan rumus.
Contoh
:
Tentukan
jenis akar Persamaan Kuadrat x2
+ x - 6 = 0
Jawab :
D = b2
– 4ac
D = 1 –
4.1.(-6) = 1 + 25 = 26.
Karena
D > 0, maka jenis akar real dan berbeda.
Pada
saat tertentu biasanya siswa langsung menggunakan pemfaktoran/melengkapi
kuadrat sempurna/rumus untuk menentukan jenis akar persamaan kuadrat. Kemudian siswa baru menyimpulkan bahwa jenis
akar persamaan kuadratnya.
4.
Memberikan
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, maksudnya siswa dapat membedakan
mana contoh yang benar dari suatu materi dan contoh yang tidak benar
dari suatu konsep materi yang telah dipelajari.
Pada
pokok bahasan logika, siswa mampu membedakan suatu kalimat yang termasuk
pernyataan dan bukan pernyataan
Contoh
:
a.
Semua
mahkluk hidup memerlukan oksigen untuk bernapas.
b.
Ular
digolongkan sebagai hewan mamalia.
Jawaban:
kedua kalimat diatas sebagai pernyataan, karena suatu kalimat digolongkan suatu
pernyataan jika kalimat tersebut bisa kita jawab benar atau salah. Jika benar
maka pernyataan tersebut pernyataan yang benar, dan sebaliknya jika salah maka
pernyataan tersebut pernyataan yang salah. Jadi kalimat a pernyataan yang
bernilai benar dan kalimat b pernyataan yang bernilai salah.
5.
Menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
Maksudnya
siswa mampu merepresentasikan soal dalam berbagai bentuk representasi
matematis, seperti dalam grafik, tabel, dan piktogram sehingga orang lain mampu
memahami maksud dari soal tersebut.
Contoh
Dalam
suatu kelurahan A diperoleh data pekerjaan warganya, antara lain Pedagang
sebanyak 5 orang, wiraswasta sebanyak 10 orang, Pegawai Negeri Sipil
sebanyak 42 orang dan Polri/TNI sebanyak
8 orang.
Dari data
tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk diagram/grafik :
a.
Diagram
batang
b.
Diagram
Garis
c.
Diagram
Lingkaran
d.
Tabel
e.
Piktogram
Data
diatas direpresentasikan dalam :
1.
Bentuk
Tabel :
Tabel
Pekerjaan Penduduk di Kelurahan A
No
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
(orang)
|
1
|
Pedagang
|
5
|
2
|
Wiraswasta
|
10
|
3
|
PNS
|
42
|
4
|
TNI/Polri
|
8
|
Total Penduduk
|
65
|
2.
Bentuk
diagram batang :

DAFTAR
PUSTAKA
Dasari,
D. 2002. Pengembangan Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Proceeding
Seminar Nasional 5 Agustus 2002, hal 69-75.
Depdiknas.
2006a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi
SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.
________. 2006b.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006
tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas
Ernawati.
2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI (tidak dipublikasikan).
Dafril, A. 2011. Pengaruh
Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Peningkatan Pemahaman Matematika Siswa.
Palembang : Prosiding PGRI. hal 795-796
Herman,
Tatang. 2006. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP.
Disertasi Doktor Program Pascasarjana UPI (tidak dipublikasikan).
Mulyasa,
E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Purwanto,
M.N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Ruseffendi,
E.T.. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Rohana. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Pemahaman Konsep Mahasiswa FKIP Universitas PGRI.
Palembang : Prosiding PGRI
Sanjaya,
Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Slavin,
Robert E. Educational Psychology: Theory
and Practice (Development During Childhood and Adolescence). Allyn and Bacon
Paramount Publishing, Massachusetts, 1994.
Suherman,
Herman. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : JICA.
Universitas Pendidikan Indonesia
Virlianti,
Y. 2002. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam
Memecahkan Masalah kontekstual pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan
Realistik. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UPI (tidak dipublikasikan).
Zulkardi.
2003. Pendidikan Matematika di Indonesia :
Beberapa Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya.
Palembang: Unsri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggal Komentarnya