PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DENGAN MEDIA
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN
KONSEP INTEGRAL
Media Harja - 20112512023
A.
LATAR BELAKANG
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mengingat pentingnya peranan
matematika ini, upaya untuk
meningkatkan sistem pengajaran
matematika selalu menjadi
perhatian, khususnya bagi pemerintah
dan ahli pendidikan
matematika. Salah satu upaya nyata yang
telah dilakukan pemerintah terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Standar
Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan
pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Menurut Depdiknas (2006) Salah satu tujuan KTSP pelajaran
matematika yaitu agar
peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan Yusuf (2010:34), Tujuan
pembelajaran matematika dalam KTSP yaitu (1) mengembangkan aktifitas kreatif
yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta
mencoba-coba, (2) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, garfik, peta,
diagram di dalam menjelaskan gagasan, (3) menguasai kompetensi dasar pada
setiap materi pembelajaran termasuk kompetensi dasar dalam integral, khususnya
sub pokok bahasan luas sebagai limit jumlah, integral
tentu, dan penggunaan integral
tentu untuk menghitung luas daerah serta menghitung volume benda putar.
Menurut Rohana (2011:111) Dalam memahami konsep
matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi.
Sedangkan saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep
matematika masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang
dikemukakan Ruseffendi (2006:156) bahwa terdapat banyak peserta didik yang
setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling
sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga
matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman
konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika
seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003:7) bahwa ”mata pelajaran matematika
menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik
harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan
soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata.
Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan
hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman terhadap
konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara
bermakna.
Untuk mencapai pemahaman konsep
peserta didik dalam matematika bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman
terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individual. Setiap peserta
didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep – konsep
matematika. Namun demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu
diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya
untuk mengatasi permasalah tersebut, guru
dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan
metode, teori atau pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagai subjek
belajar bukan lagi objek belajar
Berdasarkan hasil peneliti TIM PPM Universitas
Sriwijaya tahun 2011, bahwa salah satu pokok bahasan yang menjadi persoalan
guru dan siswa dilapangan adalah materi integral. Banyak siswa mengalami kesulitan
ketika memahami konsep sehingga tidak bisa menyelesaikan soal-soal, begitu juga
cara guru menyampaikan materi tersebut mengalami kesulitan karena banyaknya hal
yang abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan siswa sehingga siswa tidak
mengerti.
Hal ini khususnya terjadi pada siswa SMA Plus
Negeri 2 Banyuasin III, kenyataanya hanya beberapa siswa kelas XII Program IPA
SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III tahun pelajaran 2010/2011 yang dapat mencapai
kompetensi dasar secara untuh, ditunjukan dengan tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Kategori Nilai KKM Siswa SMA Plus 2
Banyuasin III
Kelas
|
XI IPA 1
|
XI IPA 2
|
||||
Baik
(KKM>90)
|
Cukup
(KKM 75-90)
|
Kurang
(KKM<75)
|
Baik
(KKM>90)
|
Cukup
(KKM 75-90)
|
Kurang
(KKM<75)
|
|
Jumlah siswa
|
23,81%
(5 org )
|
33,33%
(7 org)
|
42,,86%
(9 org)
|
21,74%
(5 org )
|
47,82%
(11 org)
|
30,43%
(7 org)
|
% Klasikal
|
57,14 %
|
69,56 %
|
sumber : Arsip Nilai KKM siswa
SMA Plus N 2 Banyuasin III tahun 2010-2011
Dari data
diatas untuk pokok bahasan integral yang telah
diajarkan,
ternyata secara individu banyak siswa nilai dibawah KKM artinya banyak siswa
yang belum tuntas, dan secara klasikal belum dicapai ketuntasan belajar 75 %. Sehingga
dapat dikatakan rendahnya nilai siswa karena siswa kesulitan memahami konsep
integral.
Untuk itu perlu dilakukan suatu model pembelajarn yang inovatif yang dapat membantu siswa memahami konsep integral. Menurut Suherman (2003:218) Model Pembelajaran Cooperatif Learning mencakup suatu
kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencaoai
tujuan bersama lainnya. Cooperatif
learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar
sesame sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau
tugas.
Pemilihan media
pembelajaran dengan interaktif berbasis computer diharapkan menimbulkan minat sekaligus kreativitas dam motivasi siswa
dalam mempelajari matematika. Menurut Depdiknas (2:2003),
Dalam dunia Pendidikan dan pembelajaran, peran media juga tidak bisa diabaikan.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari
pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya
merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap pembelajaran. Henich
dkk (dalam depdiknas, 2003:23) sekian banyak jenis media yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran, berikut ini klasifikasi media yaitu (1) Media
yang tidak diproyeksikan, (2) Media yang diproyeksikan, (3) Media Audio, (4)
Media Video, (5) Media berbasis Komputer, dan (6) Multi Media Kit.
Selanjutnya Menurut Wilson (dalam Zulkardi,
2002:46) Pengelompokan suasana pembelajaran atau tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran dalam tiga jenis, yaitu : (1) Berbasis Komputer, (2) Berbasis
kelas dan (3) Internet
Berangkat
dari uraian diatas maka penelitian ingin menerapkan kegiatan pembelajaran dengan
media berbasis komputer, dikarenakan pengguanaan teknologi terutama media
komputer menjadi sebuah cara yang efektif dan efisien dalam pencapaian
informasi. Komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang memiliki
potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam
pembelajaran matematika. Banyak hal abstrak atau imajinatif yang sulit
dipikirkan peserta didik, dapat dipersentasikan melalui simulasi komputer.
Latihan dan percobaan-percobaan eksploratif matematika dapat dilakukan peserta
didik dengan menggunakan program-program sederhana untuk penanaman dan
penguasaan konsep, membuat model matematika, dan penyusunan strategi dalam
memecahkan masalah.
Berangkat
dari hal itulah penulis menyampaikan gagasan untuk menggunakan media pembelajaran
interaktif berbasis Komputer sederhana untuk pemahaman konsep integral di SMA
Plus Negeri 2 Banyuasin III.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas, maka dapat dimunculkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana skenario pembelajaran
matematika cooperative learning
dengan media pembelajaran interaktif berbasis komputer pada pokok bahasan
integral kelas XII program IPA SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III.
2.
Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan media pembelajaran interaktif
berbasis komputer dapat meningkatkan keaktifan siswa.
3.
Apakah penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan media pembelajaran interaktif
berbasis komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep integral
C.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini diharapkan dapat :
1.
Menemukan format skenario membelajarkan matematika cooperative learning dengan media pembelajaran interaktif
berbasis komputer pada pokok bahasan integral kelas XII program IPA SMA Plus
Negeri 2 Banyuasin III.
2.
Meningkatkan keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning dengan media pembelajaran interaktif berbasis komputer dapat
meningkatkan pemahaman konsep integral
3.
Mengetahui sejauh mana pengaruh model pembelajaran cooperative learning dengan media pembelajaran interaktif
berbasis komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep.
D.
MANFAAT HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat bermanfaat :
1.
Bagi Siswa, Memberikan nuansa baru
suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang
integral, keaktifan, dan hasil belajar siswa.
2.
Bagi Guru, diperolehnya suatu
kreativitas variasi pembelajaran yang lebih menekankan pada tuntutan kurikulum
satuan pendidikan (KTSP 2008), yakni member banyak keaktifan pada siswa untuk
terlibat dalam proses pembelajaran demi tercapainya kompetensi dasar dalam
pembelajaran matematika
3.
Bagi Sekolah, diperoleh bahan referensi yang dijadikan ketepatan implementasi
pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
4. Bagi Peneliti, khusunya
program studi Pasca sarjana Pendidikan Matematika UNSRI memiliki prototype model pembelajaran cooperative learning dengan media pembelajaran interaktif berbasis komputer pada pokok
bahasan integral kelas XII program IPA SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III.
E.
PEMBAHASAN
1. Teori Belajar Matematika
Menurut J. Bruner dalam Hidayat
(2004:8) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahapan-tahapan tertentu agar pengetahuan
itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) manusia yang
mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang
berarti proses belajr terjadi secara optimal) jika pengetahuan itu dipelajari
dalam tahap-tahap sebagai berikut :
a.
Tahap Enaktif
Suatu tahap pembelajaran dimana
pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau
situasi yang nyata
b.
Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran di mana
pengetahuan direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual
image), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan secara konkret atau
situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
c.
Tahap Simbolik
Suatu tahap pembelajaran di mana
pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik
simbol-simbol verbal (misalkan huruf-huruf, kata-kata atau kalimat-kalimat),
lambang-lambang abstrak lainnya.
Suatu
proses belajar akan berlangsung secara optimal jika pembelajaran diawali dengan
tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini dirasa cukup,
siswa beralih ke tahap belajar yang kedua, yaitu tahap belajar dengan
menggunakan modus representasi ikonik. Selanjutnya kegiatan belajar itu
dilanjutkan pada tahap ketiga, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus
representasi simbolik.
2.
Pembelajaran
Matematika
Menurut Rambu-rambu Pelaksanaan GBPP
Matematika (dalam suherman 64:2003) secara singkat ; gunakanlah model atau
metode atau strategi atau pendekatan
yang melibatkan siswa secara aktif, pengajaran disesuaikan dengan kekhasan
kosep/pokok bahasan/sub pokok bahasan dan tahap perkembangan berpikir siswa,
penggunaan buku sesuai dengan kurikulum, penggunaan sarana yang tepat, serta
pembuatan rencana pengajaran.
Menurut
Suherman (2003:8) Pembelajaran adalah
upaya penataan lingkungan yang memberikan nuansa agar program belajar tumbuh
dan berkembang secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti sempit adalah
proses pendidikan dengan lingkungan persekolahan, sehingga terjadi sosialisasi
individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman
sesama siswa. Menurut Sanjaya (2005:99) Untuk mencapai tujuan pembelajaran,
perlu disusun suatu strtegi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa
suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai.
Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model/strategi/pendekatan
pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajar.
3. Model Cooperatif
learning dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Suherman (218:2003) Coopertif
learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah
tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Cooperatif learning
menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Ada beberapa hal yang perlu
dipenuhi dalam cooperative learning
agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif. Menurut Suherman (2003:218) Hal-hal yang harus dipenuhi dalam coperatif
learning :
a.
Para siswa yang tergabung dalam suatu
kelompok harus merasa bagian dari tim dalam pencapaian
tujuan bersama.
b.
Para siswa dalam suatu kelompok harus
menyadari bahwa masalah yang mereka pecahkan adalah masalah
kelompok, dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung
jawab bersamaoleh seluruh anggota kelompok.
c.
Untuk mencapaian hasil maksimum, para
siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapi.
d.
Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus
menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada
keberhasilan kelompoknya.
Fatimah (2010:13) karakteristik pembelajaran kooperatif, antara lain
: Pertama, saling ketergantungan dan
interaksi tatap muka yang positif. Kedua, pertanggungjawabannya bersifat
perorangan. Ketiga, kemampuan interaksi antara individu dan bekerja dalam
kelompok kecil. Keempat, proses berlangsung dalam kelompok. Selajutnya Fatimah
(2010:13) mengemukakan peran siswa dalam pembelajaran kooperatif. Pertama,
membuat keputusan-keputusan. Kedua, menyiapkan pelajaran. Ketiga, mengawasi dan
mengintervensi. Keempat, Mengevaluasi dan memperoses.
Seorang guru harus
memiliki kemampuan pada bidang strategi dan model pembelajaran matematika yang
bervariasi. Model pembelajaran yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan
kondisi peserta didik, baik usia, waktu, maupun variabel lainnya, dan yang
lebih penting lagi metode pembelajaran harus tetap mengacu kepada hakikat
matematika dan juga teori belajar.
Pengetahuan bukan
sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang harus digeluti,
dipikirkan, dan dikonstruksi oleh siswa, tidak dapat ditransfer kepada mereka
yang hanya menerima secara pasif. Dengan demikian siswa sendirilah yang harus
aktif.
Satu inovasi yang
menarik yang mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan
diterapkannya model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif. Pembelajaran
yang bernaung dalam teori yang konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok
sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Menurut Eggen and
Kauchak (dalam Trianto,2007:58), “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama”.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah
usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinterakasi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya.
Terdapat 6 (enam)
langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Cooperatif Learning
Fase
|
Aktivitas Siswa
|
Aktivitas Guru
|
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Siswa memperhatikan guru
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotiasi belajar siswa.
|
Fase-2
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif
|
Siswa didalam kelas
membentuk kelompok kecil yang terdiri
dari 2/5 orang
Siswa diberikan bahan ajar
berupa LKS/ringkasan materi yang akan dipelajari.
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase-3
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Setiap kelompok siswa mendiskusikan tugas yang
diberikan oleh guru, setiap kelompok mencatat hasil diskusi.
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
|
Fase-4
Evaluasi
|
siswa dalam kelompok tertentu untuk melaporkan
hasil diskusinya
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase-5
Memberikan penghargaan
|
Siswa menanggapi hasil presentasi kelompok yang
telah memaparkan didepan kelas.
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
|
Fase-6
Penutup dan Kesimpulan
|
Siswa menyimpulkan materi
yang telah dipelajari
|
Guru membimbing siswa dalam
menyimpulkan materi yang telah dipelajari
|
4.
Media Dalam Pembelajaran
Matematika
Menurut
Depdiknas (2003:9) Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau
pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu
yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima
informasi. Proses mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi
sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Selanjutnya Gagne (dalam Depdiknas, 2003:10) mengartikan media sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar,
senada dengan itu Briggs (dalam Depdiknas, 2003:10) mengartikan media sebgai
alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Alat
peraga, alat bantu guru, alat bantu audio visual (AVA) merupakan konsep media.
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan memperagakan fakta, konsep,
prinsip atatu prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/kongkrit. Alat bantu
adalah alat yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar.
Menurut
Heinich dkk (dalam suherman, 2003:199) Menyatakan bahwa keseluruhan sejarah,
media dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan. Pada masa kini misalnya
komputer telah memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap seting
pembelajaran. Alat-alat yang demikian menawarkan kemungkinan untuk menjadi
lebih baik dalam proses belajar mengajar. Peran guru dan siswa jelas menjadi
berubah karena pengaruh media dan teknologi didalam kelas. Kini guru dan buku
bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar atau ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pengarah untuk akses ke dalam ilmu pengetahuan.
Menurut
Suherman (2003:200) Pada dasarnya media terkelompok kedalam dua bagian, yaitu
media sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan), dan media yang sekaligus
merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti alat-alat peraga pembawa pesan
dan alat peraga matematik.
Menurut
Heinich dkk (dalam suherman, 2003:199) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar, Dengan
menggunakan lingkungan ini dimaksudkan bukan hanya di mana pembelajaran
berlangsung, melainkan metode, media, peralatan yang diperlukan untuk
memberikan informasi, dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi dan
pembenahan lingkungan belajar umumnya
tanggung jawab dari pengajar dan pendesain media. Pemilihan strategi
pembelajaran menentukan lingkungan (metode, media, peralatan, dan fasilitas)
serta cara informasi itu dirakit dan digunakan. Pendekatan pembelajaran yang
dikontrol oleh guru tentu sangat dominan, guru senantiasa untuk merencanakan
proses pembelajaran. Bekerja sama dengan guru-guru dan ahli media, bagi guru
dapat mengintegrasikan media ke dalam proses pembelajarannya sehingga dapat
memperbesar perolehannya yang berdampak pada peningkatan prestasi siswa.
Menurut
suherman (2003:200) Secara tradisional metode atau model atau pendekatan
pembelajaran telah jelas sebagai “ bentuk presentasi” seperti ceramah dan
diskusi. Disini dibedakan metode pembelajaran dan media pembelajaran. Metode
adalah prosedur pembelajaran yang dipilih untuk membantu para siswa mencapai
tujuan atau menginternalisasikan isi atau pesan. Sedangkan media pembelajaran
sebagai pembawa-pembawa informasi dari pemberi pesan ke penerima pesan.
Beberapa metode pembelajaran antara lain, presentasi, demonstrasi, diskusi,
drill dan latihan, tutorial, cooperative learning group, permainan, simulasi,
penemua dan problem solving .
5. Pemahaman Konsep Matematika
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan
yaitu agar mahasiswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan
pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Mulyasa (2005 : 78)
menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu, Setiap
materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep yang harus disukai siswa. Pengertian konsep Menurut Ruseffendi (1998:157) adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan
contoh dan bukan contoh dari ide tersebut.
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan
penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada
setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar
siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar
yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan
konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan
atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan
menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau
mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari
suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat
yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut
Sanjaya (2009) mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa
yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar
mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan
interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur
kognitif yang dimilikinya.
Berdasarkan
uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi pemahaman konsep adalah
Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang
diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga
orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan Carpenter (dalam Dafril: 2011).
Pengajaran yang menekankan kepada
pemahaman mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:
1. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang
telah memahami suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman
yang lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga
setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.
2. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan
yang telah dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif
dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau
pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga
pengetahuan itu lebih mudah diingat.
3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat
artinya jalinan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain
dalam struktur kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman
merupakan jalinan yang sangat baik.
4. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya
pemahaman suatu konsep matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan
keserupaan dari berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk
menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.
5. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa
yang memahami matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang
selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya.
Indikator Pemahaman
Konsep
Menurut Sanjaya (2009) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya :
1.
Mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah
dicapainya
2.
Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan,
3.
Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut,
4.
Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
5.
Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari,
6.
Mampu menerapkan konsep secara algoritma,
7.
Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
Pendapat diatas sejalan
dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November
2001 tentang rapor pernah diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep
matematika adalah mampu :
1.
Menyatakan ulang sebuah konsep,
2.
Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya,
3.
Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
4.
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
5.
Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
6.
Menggunakan dan memanfaatkan
serta memilih prosedur atau operasi tertentu,
7.
Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep
matematika maka perlu diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep dalam
pembelajaran matematika. Tentang penilaian perkembangan anak didik dicantumkan
indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika Tim
PPPG Matematika 2005:86 (dalam Dafril, 2011) Indikator tersebut adalah :
1) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah
kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan
kepadanya;
Contoh: pada
saat siswa belajar maka siswa mampu menyatakan ulang maksud dari pelajaran itu.
2) Kemampuan mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat
tertentu sesuai dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek
menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.
Contoh: siswa
belajar suatu materi dimana siswa dapat mengelompokkan suatu objek dari materi
tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.
3) Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah
kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu
materi.
Contoh: siswa
dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat mengerti yang mana
contoh yang tidak benar
4) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematika adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara
berurutan yang bersifat matematis.
Contoh: pada
saat siswa belajar di kelas, siswa mampu mempresentasikan/memaparkan suatu
materi secara berurutan.
5) Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
dari suatu konsep adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana
syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi.
Contoh: siswa
dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat yang harus
diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.
6) Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur
tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan
prosedur. Contoh: dalam belajar siswa harus mampu menyelesaikan soal dengan
tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
7) Kemampuan mengklafikasikan konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh: dalam
belajar siswa mampu menggunakan suatu konsep untuk memecahkan masalah.
Pelajaran matematika sering
merupakan momok bagi para siswa. Banyak siswa dari tingkat dasar sampai tingkat
tinggi yang membenci mata pelajaran ini.
Kesulitan yang harus dihadapi dengan berbagai penggunaan logika dan rumus dalam
menyelesaikan soal merupakan kendala dan permasalahan besar.
Namun
ada teori belajar matematika yang
sebenarnya mudah untuk dilakukan. Menurut Suherman (2001) Dengan menerapkan
teori ini, matematika bukanlah menjadi mata pelajaran yang harus
dihindari. Teori tesebut yaitu:
a.
Memahami konsep dan bukan menghapal rumus,
maksudnya teori
belajar matematika pertama yang harus diingat adalah bahwa belajar matematika
berarti memahami konsep untuk setiap soal yang dihadirkan. Walau di dalam
matematika ada rumus yang harus dihapal, namun inti dari pelajaran matematika
adalah pemahaman. Seberapa hebat anda dalam menghafal berbagai rumus
matematika, tidak akan bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.
Pemahaman konsep menjadi modal utama
dalam menguasai pelajaran matematika. Itulah teori belajar matematika yang
paling utama yang harus dikuasai terlebih dahulu.
b. Belajar dari contoh
soal, maksudnya memahami
konsep bisa dilakukan dengan cara membaca berbagai uraian pelajaran matematika.
Namun teori saja tidak akan dapat membuat pemahaman secara lengkap. Diperlukan
juga praktik yang artinya
Anda harus belajar dari berbagai soal. Teori belajar matematika kedua yang juga
sangat mudah dilakukan adalah belajar dari contoh soal. Uraian teori yang anda
peroleh harus anda terapkan di dalam berbagai contoh soal. Dengan melihat
bagaimana teori dalam menyelesaikan berbagai soal, anda akan lebih mampu lagi
memahami konsep secara menyeluruh. soal-soal
inilah yang merupakan refleksi dari bahan pelajaran sebenarnya.
Berdasarkan pendapat diatas
bahwa pemahaman konsep matematika sangatlah penting dikuasai oleh siswa,
sehinga siswa tidak lagi hanya menghapal rumus tetapi dia benar-benar memahami
konsep matematika kemudian pemahaman konsep juga bisa mudah dipahami dengan
belajar dari contoh-contoh soal matematika itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas
_________.
2006 a. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.
________.
2006 b. Peraturan
Mentri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas
__________. 2008. Perangkat Pembelajaran KTSP SMA. Jakarta
: Depdiknas
________________. Perangkat Penilaian KTSP SMA. Jakarta :
Depdiknas
Dafril, A.
2011. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme
Terhadap Peningkatan Pemahaman Matematika Siswa. Palembang : Prosiding PGRI. hal 795-796
Fatimah, siti & dkk. 2010. Model-model
Pembelajaran. Palembang : Universitas Sriwijaya
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Ruseffendi, E.T.. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Rohana. 2011. Pengaruh Pembelajaran
Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Konsep Mahasiswa FKIP Universitas PGRI. Palembang : Prosiding PGRI
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. Educational Psychology: Theory and Practice (Development During
Childhood and Adolescence). Allyn and Bacon Paramount Publishing,
Massachusetts, 1994.
Suherman,
Erman. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : JICA. Universitas Pendidikan Indonesia
Trianto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Yusuf, Muhammad. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
melalui lembar Kerja Siswa (LKS) Interaktif Berbasis Komputer Di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 4 No.2 hal.34-44.
Palembang: PPS UNSRI
Zulkardi. 2003. Pendidikan
Matematika di Indonesia : Beberapa Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya. Palembang: Unsri.
PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL MENGGUNAKAN MEDIA
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BEBASIS KOMPUTER DENGAN PENDEKATAN COOPERATIF LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA.
wah gan di izin copas nih buat tugas saya, ..
BalasHapus