Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 Mei 2014

LKTI BLPT 2014

BAB I
PENDAHULUAN


A.        Latar Belakang
            Penerapan kurikulum 2013 diharapkan mampu merubah paradigma bahwa proses pembelajaran matematika yang berlangsung selama ini, masih banyak didominasi oleh pendidik, dimana pendidik sebagai sumber utama pengetahuan dan peserta didik hanya diberitahu bukan mencari tahu. Keberadaan pendidik dalam suatu lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pembelajaran tidak dapat disangkal lagi. Metode yang digunakan banyak menuntut keaktifan pendidik dalam proses pengajaran di kelas, sehingga peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran seperti hanya mendengar, memperhatikan dan mencatat apa yang diterangkan pendidik di depan kelas. Dan akhirnya peserta didik tidak terlatih untuk berpikir mengembangkan ide memantapkan pemahaman tentang suatu konsep.
            Hasil penelitian TIM pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) Universitas Sriwijaya tahun 2011 tentang Ujian Nasional untuk Provinsi Sumatera Selatan dalam tiga tahun terakhir peserta didik mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep materi integral volume benda putar termasuk yang bermasalah.
            Menurut Siagian & Maya (2012) Kesulitan peserta didik dalam belajar matematika disebabkan oleh cara pendidik menyampaikan materi pelajaran yang sulit diterima peserta didik.  Kenyataan seperti ini membuat pengajaran  menjadi tidak menarik, sehingga peserta didik  tidak tertarik untuk belajar matematika yang pada akhirnya mengakibatkan penguasaan terhadap matematika menjadi relatif rendah. Pengajaran yang berpusat pendidik sudah sewajarnya diubah pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
            Proses pendidikan dan pengajaran yang ideal pada hakikatnya merupakan suatu ajakan seorang pendidik untuk mengantarkannya seorang peserta didik ke tujuan belajarnya dengan cara menyediakan situasi dan kondisi serta fasilitas yang kondusif sehingga lahirlah suatu interaksi edukatif yang harmonis. Dimana pendidik lebih berpesan sebagai organisator, motivator, fasilitator dan evaluator. (Prawoto dalam Usman, 38:2013).  
            Salah satunya strategi untuk mengatasi problem pembelajaran matematika yang terjadi diatas yaitu pendidik dapat memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat sehingga tercapai hasil yang maksimal mungkin. Dalam pembelajaran pendidik harus mengajar seefektif dan mengajar bagaimana peserta didik belajar.
            Menurut Paradesa (2010:95) Tahapan penting dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta didik mencapai kompetensi. Selanjutnya Menurut Moore (2005) Menjabarkan materi pokok dalam bahan ajar yang lengkap dimana isi materi harus dipilih dan diatur agar sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai menjadi tugas pendidik.   
            Bahan ajar saat ini selain buku adalah bahan ajar yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan pada materi pembelajaran. Menurut Dick dan Carey (1978) menyatakan ada dua jenis materi pembelajaran, yaitu materi ajar yang tertulis (written) dan materi ajar yang di mediakan (mediated) atau disebut materi ajar cetak (print material) dan non cetak (non printed). Untuk itu dalam pembelajaran matematika di harapkan materi pembelajaran menggunaan komputer, karena komputer bisa menyajikan materi dalam bentuk grafis dan audio-video, tetapi tidak semua materi pelajaran matematika dalam kurikulum bisa disajikan dalam komputer.  
            Salah satu aplikasi dalam komputer yang dapat membantu proses pembuatan materi pembelajaran matematika yang sangat popular adalah software Microsoft Power Point. Menurut Rusman (295:2012) Microsoft Power Point merupakan program aplikasi presentasi yang polpular dan paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, meeting, lokakarya dan sebagainya.  
            Penggunaan aplikasi komputer dalam pembelajaran matematika ini sejalan dengan penerapan kurikulum 2013, Menurut Depdiknas (2013) Ciri pembelajaran kurikulum 2013 antara lain: berpusat pada peserta didik, interaktif, jejaring, aktif, kelompok, multimedia dan kritis. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Harja (2013) Dalam proses pembelajaran matematika hendaknya senantiasa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan pemanfaatan komputer dan internet.
            Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengembangkan bahan ajar matematika integral volume benda putar menggunakan Microsoft Power Point yang berisi materi dan contoh soal, latihan soal, soal evaluasi, soal remedial dan soal pengayaan. Dalam hal ini penulis mengambil judul “ Pengembangan Bahan Ajar Integral Volume Benda Putar Menggunakan Microsoft Power Point Di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III “.  
      
B.        Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana mengembangkan bahan ajar integral volume benda putar menggunakan  microsoft power point ?
2.      Apakah bahan ajar integral volume benda putar menggunakan  microsoft power point memiliki efek potensial terhadap hasil belajar  di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III?

C. Tujuan
            Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini, yaitu :
1.      Menghasilkan bahan ajar integral volume benda putar menggunakan  microsoft power point
2.      Melihat efek potensial bahan ajar integral volume benda putar menggunakan  microsoft power point terhadap hasil belajar  di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III?

D. Manfaat
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1.      Sekolah dapat motivasi  untuk meningkatan  pemanfatan dan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran disekolah
2.      Pendidik dan peserta didik dapat menjadikan bahan ajar ini sebagai alternatife materi pembelajaran matematika materi integral volume benda putar di sekolah.

Rabu, 03 Oktober 2012

UJI KOMPETENSI TAHAP II


UJI KOMPETENSI GURU TAHAP II

            Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan Uji Kompetensi Guru (UKG) Online Tahap 2 yang berlangsung secara bertahap mulai tanggal 2 Oktober tahun 2012, UKG tahap 2 dilaksanakan khusus untuk  guru bersertifikat pendidik yang diangkat dalam jabatan pengawas/kepala sekolah  dan guru-guru yang belum UKG pada tahap pertama beberapa bulan yang lalu. Berdasarkan situs resmi kemdikbud (http://ukg.kemdikbud.go.id) Jumlah peserta UKG Seluruhnya  2.021.298 peserta, jumlah total peserta UKG untuk guru bersertifikat pendidik 1.006.211 orang dan guru belum bersertifikat pendidik 1.015.087 orang. Peserta UKG untuk Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 61.555 peserta, terdiri dari 57.022 Pegawai Negeri Sipil  dan 4.533 Guru Tetap Yayasan. Sedangkan yang akan diselesaikan pelaksanaan UKG tahun 2012 sebanyak 27.177 peserta (bersertifikat pendidik) dan sisanya 34.378 peserta (belum besertifikat pendidik) tahun berikutnya. Jadi UKG ini tetap akan dilaksanakan secara bertahap  kepada semua guru yang mengajar disekolah, baik guru yang bersertifikat pendidik maupun guru yang belum memiliki sertifikat pendidik  atau calon guru sebagai tolak ukur kompetensi yang dimiliki sebagai tenaga pendidik.     
           

Kamis, 21 Juni 2012

PMRI RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN


PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) PADA POKOK BAHASAN PELUANG (RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


I.           PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu menginginkan siswa untuk aktif, inovatif, efektif dan mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya KTSP ini maka guru juga dituntut untuk melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan sebaik mungkin. Salah satu yang membuat proses pembelajaran menjadi aktif jika adanya pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif.
Matematika merupakan mata pelajaran yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran matematika (Permen No. 22 tahun 2006)):
1.        Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.        Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.        Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.        Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.        Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pada tujuan dalam Permen No. 22 tahun 2006, salah satunya mata pelajaran matematika disetiap kesempatan hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi siswa. Dengan pengenalan masalah, siswa dibimbing secara bertahap untuk menguasai konsep matematika. KTSP menginginkan siswa dapat mengembangkan kompetensinya sehingga kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Selain itu, siswa juga mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupannya. Kemampuan tersebut harus dapat dikembangkan oleh guru melalui pendekatan-pendekatan atau model pembelajaran. Pendekatan yang digunakan juga merupakan pendekatan yang sangat mendukung siswa untuk aktif, inovatif dan efektif dalam menyelesaikan suatu masalah terutama yang sesuai dengan kehidupan mereka.
Salah satu pendekatan yang mendukung hal tersebut adalah Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dalam makalah ini, penulis akan membahas PMRI dalam Pembelajarn Matematika di kelas.

Rabu, 20 Juni 2012

Jurnal Internasional


Mathematics instruction and the tablet PC
K. Renee Fister and Maeve L. McCarthy*
Department of Mathematics and Statistics, Murray State
University, Murray, KY 42071, USA
(Received 16 August 2006)

The use of tablet PCs in teaching is a relatively new phenomenon. A cross between a notebook computer and a personal digital assistant (PDA), the tablet PC has all of the features of a notebook with the additional capability that the screen can also be used for input. Tablet PCs are usually equipped with a stylus that allows the user to write on the screen. Handwriting recognition software converts this input into text for use with software such as internet browsers and email programs. As an educational tool, two of the most important features of the tablet PC are annotation and wireless communication. The annotation feature allows the user to write on almost any document much as one would annotate a printout of the same document. The wireless communication feature allows tablet PCs to share information with one another. The advantages of these features and their impact on the Murray State University (MSU) classroom will be discussed in the evaluation section.

Kata kunci: tablet PC; penjelasan matematika, komunikasi nirkabel

1.       Pendahuluan

            Upaya terakhir untuk menggunakan teknologi untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran dan untuk meremajakan format belajar  tradisional, [1], telah menyebabkan meluasnya penggunaan tablet PC dalam matematika dan ilmu mengajar di Murray State University (MSU). Manfaat tablet PC dalam konteks yang dibahas dalam [2]. Para penulis fokus pada dampak yang kuliah dengan inklusi penyelidikan melalui pembelajaran berbasis Tablet PC dapat memiliki pada siswa. Mereka menekankan bahwa belajar siswa ditingkatkan dengan peningkatan teknologi untuk pendengaran dan visual mode belajar. Penggunaan tablet PC di MSU telah menyebabkan kampus-lebar diskusi dan koordinasi universitas mengajar efektif, [3]. Pada artikel ini, kita membahas penggunaan beberapa tablet PC, jasa-jasa mereka dan kekurangan mereka. Secara khusus, kami membahas khasiat tablet dalam tablet tunggal dan kelas tablet ganda. Kami menyajikan contoh penggunaannya dalam interdisipliner program. Akhirnya, kita membahas pengukuran reaksi siswa dalam berikut tabel ringkasan.

Advantages (keuntungan)

Disadvantages (Kerugian)
Use of archived notes for student learning (Penggunaan catatan diarsipkan untuk mahasiswa belajar)

Use of colour to emphasize work (Penggunaan warna untuk menekankan pekerjaan)

Ability to involve students in multi-tablet classroom and to encourage interaction between students (Kemampuan untuk melibatkan siswa dalam tablet multi-kelas dan untuk mendorong interaksi antara siswa)

Use of multiple programs to aid in student learning (Internet, Virtual TI and other software) Increase in student learning and ownership of that learning (Penggunaan beberapa program untuk membantu dalam belajar siswa (Internet, Virtual TI dan perangkat lunak lain)

Wireless connectivity challenges (tantangan konektivitas nirkabel)


Additional technical support
Needed (Tambahan dukungan teknis dibutuhkan)

LaTeX DVI files cannot be
imported into Windows Journal (LaTeX DVI file tidak dapat diimpor ke Windows jurnal)



Math Journal recognition of mathematical symbols (Matematika Journal pengakuan matematika simbol)


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP INTEGRAL


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP INTEGRAL

Media Harja - 20112512023


A.     LATAR BELAKANG

            Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.  Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mengingat pentingnya  peranan  matematika  ini, upaya untuk meningkatkan sistem pengajaran   matematika  selalu   menjadi   perhatian, khususnya   bagi   pemerintah   dan    ahli pendidikan matematika.  Salah satu upaya nyata yang telah dilakukan pemerintah terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Menurut Depdiknas (2006) Salah satu tujuan KTSP pelajaran matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan Yusuf (2010:34), Tujuan pembelajaran matematika dalam KTSP yaitu (1) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, (2) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, garfik, peta, diagram di dalam menjelaskan gagasan, (3) menguasai kompetensi dasar pada setiap materi pembelajaran termasuk kompetensi dasar dalam integral, khususnya sub pokok bahasan luas sebagai limit jumlah, integral tentu, dan penggunaan integral tentu untuk menghitung luas daerah serta menghitung volume benda putar.
            Menurut Rohana (2011:111) Dalam memahami konsep matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi (2006:156) bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003:7) bahwa ”mata pelajaran matematika menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman terhadap konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara bermakna.
   Untuk mencapai pemahaman konsep peserta didik dalam matematika bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individual. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep – konsep matematika. Namun demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalah tersebut, guru dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar
Berdasarkan hasil peneliti TIM PPM Universitas Sriwijaya tahun 2011, bahwa salah satu pokok bahasan yang menjadi persoalan guru dan siswa dilapangan adalah materi integral. Banyak siswa mengalami kesulitan ketika memahami konsep sehingga tidak bisa menyelesaikan soal-soal, begitu juga cara guru menyampaikan materi tersebut mengalami kesulitan karena banyaknya hal yang abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan siswa sehingga siswa tidak mengerti.

FACEBOOK

PENGIKUT

BUKU TAMU