Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Kamis, 14 September 2017
Senin, 14 Agustus 2017
Kamis, 29 Mei 2014
LKTI BLPT 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penerapan
kurikulum 2013 diharapkan mampu merubah paradigma bahwa proses pembelajaran
matematika yang berlangsung selama ini, masih banyak didominasi oleh pendidik,
dimana pendidik sebagai sumber utama pengetahuan dan peserta didik hanya
diberitahu bukan mencari tahu. Keberadaan pendidik dalam suatu lingkungan
sekolah memegang peranan penting dalam pembelajaran tidak dapat disangkal lagi.
Metode yang digunakan banyak menuntut keaktifan pendidik dalam proses
pengajaran di kelas, sehingga peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran
seperti hanya mendengar, memperhatikan dan mencatat apa yang diterangkan
pendidik di depan kelas. Dan akhirnya peserta didik tidak terlatih untuk
berpikir mengembangkan ide memantapkan pemahaman tentang suatu konsep.
Hasil
penelitian TIM pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) Universitas
Sriwijaya tahun 2011 tentang Ujian Nasional untuk Provinsi Sumatera Selatan
dalam tiga tahun terakhir peserta didik mengalami kesulitan dalam pemahaman
konsep materi integral volume benda putar termasuk yang bermasalah.
Menurut
Siagian & Maya (2012) Kesulitan peserta didik dalam belajar matematika
disebabkan oleh cara pendidik menyampaikan materi pelajaran yang sulit diterima
peserta didik. Kenyataan seperti ini
membuat pengajaran menjadi tidak
menarik, sehingga peserta didik tidak
tertarik untuk belajar matematika yang pada akhirnya mengakibatkan penguasaan
terhadap matematika menjadi relatif rendah. Pengajaran yang berpusat pendidik
sudah sewajarnya diubah pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Proses
pendidikan dan pengajaran yang ideal pada hakikatnya merupakan suatu ajakan
seorang pendidik untuk mengantarkannya seorang peserta didik ke tujuan
belajarnya dengan cara menyediakan situasi dan kondisi serta fasilitas yang
kondusif sehingga lahirlah suatu interaksi edukatif yang harmonis. Dimana
pendidik lebih berpesan sebagai organisator, motivator, fasilitator dan
evaluator. (Prawoto dalam Usman, 38:2013).
Salah
satunya strategi untuk mengatasi problem pembelajaran matematika yang terjadi
diatas yaitu pendidik dapat memilih strategi dan model pembelajaran yang tepat
sehingga tercapai hasil yang maksimal mungkin. Dalam pembelajaran pendidik
harus mengajar seefektif dan mengajar bagaimana peserta didik belajar.
Menurut
Paradesa (2010:95) Tahapan penting dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih
atau menentukan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta didik
mencapai kompetensi. Selanjutnya Menurut Moore (2005) Menjabarkan materi pokok
dalam bahan ajar yang lengkap dimana isi materi harus dipilih dan diatur agar
sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai menjadi tugas pendidik.
Bahan
ajar saat ini selain buku adalah bahan ajar yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah membawa perubahan pada materi pembelajaran. Menurut Dick dan Carey (1978)
menyatakan ada dua jenis materi pembelajaran, yaitu materi ajar yang tertulis (written) dan materi ajar yang di
mediakan (mediated) atau disebut materi
ajar cetak (print material) dan non
cetak (non printed). Untuk itu dalam
pembelajaran matematika di harapkan materi pembelajaran menggunaan komputer,
karena komputer bisa menyajikan materi dalam bentuk grafis dan audio-video,
tetapi tidak semua materi pelajaran matematika dalam kurikulum bisa disajikan
dalam komputer.
Salah
satu aplikasi dalam komputer yang dapat membantu proses pembuatan materi
pembelajaran matematika yang sangat popular adalah software Microsoft Power Point. Menurut Rusman (295:2012) Microsoft Power Point merupakan program
aplikasi presentasi yang polpular dan paling banyak digunakan saat ini untuk
berbagai kepentingan presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, meeting, lokakarya dan sebagainya.
Penggunaan
aplikasi komputer dalam pembelajaran matematika ini sejalan dengan penerapan kurikulum
2013, Menurut Depdiknas (2013) Ciri pembelajaran kurikulum 2013 antara lain: berpusat
pada peserta didik, interaktif, jejaring, aktif, kelompok, multimedia dan
kritis. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Harja (2013) Dalam proses
pembelajaran matematika hendaknya senantiasa menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi dengan pemanfaatan komputer dan internet.
Berdasarkan
uraian diatas, peneliti mengembangkan bahan ajar matematika integral volume
benda putar menggunakan Microsoft Power
Point yang berisi materi dan contoh soal, latihan soal, soal evaluasi, soal
remedial dan soal pengayaan. Dalam hal ini penulis mengambil judul “ Pengembangan Bahan Ajar Integral Volume Benda Putar Menggunakan Microsoft Power Point Di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III “.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana mengembangkan bahan ajar
integral volume benda putar menggunakan microsoft power point ?
2.
Apakah bahan ajar integral volume benda
putar menggunakan microsoft power point memiliki efek potensial terhadap hasil
belajar di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin
III?
C.
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai dari penulisan ini, yaitu :
1. Menghasilkan
bahan ajar integral volume benda putar menggunakan microsoft
power point
2. Melihat
efek potensial bahan ajar integral volume benda putar menggunakan microsoft
power point terhadap hasil belajar
di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III?
D.
Manfaat
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Sekolah
dapat motivasi untuk meningkatan pemanfatan dan penggunaan teknologi dalam
proses pembelajaran disekolah
2. Pendidik
dan peserta didik dapat menjadikan bahan ajar ini sebagai alternatife materi
pembelajaran matematika materi integral volume benda putar di sekolah.
Sabtu, 23 Februari 2013
Rabu, 03 Oktober 2012
UJI KOMPETENSI TAHAP II
UJI KOMPETENSI GURU
TAHAP II
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan Uji Kompetensi Guru (UKG) Online Tahap
2 yang berlangsung secara bertahap mulai tanggal 2 Oktober tahun 2012, UKG
tahap 2 dilaksanakan khusus untuk guru
bersertifikat pendidik yang diangkat dalam jabatan pengawas/kepala sekolah dan guru-guru yang belum UKG pada tahap pertama
beberapa bulan yang lalu. Berdasarkan situs resmi kemdikbud (http://ukg.kemdikbud.go.id) Jumlah
peserta UKG Seluruhnya 2.021.298
peserta, jumlah total peserta UKG untuk guru bersertifikat pendidik 1.006.211
orang dan guru belum bersertifikat pendidik 1.015.087 orang. Peserta UKG untuk Provinsi
Sumatera Selatan sebanyak 61.555 peserta, terdiri dari 57.022 Pegawai Negeri
Sipil dan 4.533 Guru Tetap Yayasan.
Sedangkan yang akan diselesaikan pelaksanaan UKG tahun 2012 sebanyak 27.177
peserta (bersertifikat pendidik) dan sisanya 34.378 peserta (belum besertifikat
pendidik) tahun berikutnya. Jadi UKG ini tetap akan dilaksanakan secara
bertahap kepada semua guru yang mengajar
disekolah, baik guru yang bersertifikat pendidik maupun guru yang belum
memiliki sertifikat pendidik atau calon
guru sebagai tolak ukur kompetensi yang dimiliki sebagai tenaga pendidik.
Kamis, 21 Juni 2012
PMRI RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN
PENDEKATAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) PADA POKOK BAHASAN PELUANG
(RUANG SAMPEL DAN KEJADIAN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
I.
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yaitu menginginkan siswa untuk aktif, inovatif, efektif dan mengaitkan
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya KTSP ini maka guru juga
dituntut untuk melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan
sebaik mungkin. Salah satu yang membuat proses pembelajaran menjadi aktif jika
adanya pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif.
Matematika merupakan mata pelajaran yang
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Dokumen
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran matematika (Permen
No. 22 tahun 2006)):
1.
Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.
Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3.
Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.
Mengomunikasikan
gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
5.
Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Pada tujuan dalam Permen No. 22 tahun 2006,
salah satunya mata pelajaran matematika disetiap kesempatan hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi siswa. Dengan pengenalan
masalah, siswa dibimbing secara bertahap untuk menguasai konsep matematika.
KTSP menginginkan siswa dapat mengembangkan kompetensinya sehingga kegiatan
pembelajaran berpusat pada siswa. Selain itu, siswa juga mempunyai kemampuan
dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupannya. Kemampuan tersebut
harus dapat dikembangkan oleh guru melalui pendekatan-pendekatan atau model
pembelajaran. Pendekatan yang digunakan juga merupakan pendekatan yang sangat
mendukung siswa untuk aktif, inovatif dan efektif dalam menyelesaikan suatu
masalah terutama yang sesuai dengan kehidupan mereka.
Salah satu pendekatan yang mendukung hal
tersebut adalah Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dalam makalah
ini, penulis akan membahas PMRI dalam Pembelajarn Matematika di kelas.
Rabu, 20 Juni 2012
Jurnal Internasional
Mathematics instruction and the tablet PC
K. Renee Fister and Maeve L. McCarthy*
Department of Mathematics and Statistics,
Murray State
University, Murray, KY 42071, USA
(Received
16 August 2006)
The use of tablet PCs in teaching is a relatively new phenomenon. A
cross between a notebook computer and a personal digital assistant (PDA), the
tablet PC has all of the features of a notebook with the additional capability
that the screen can also be used for input. Tablet PCs are usually equipped
with a stylus that allows the user to write on the screen. Handwriting
recognition software converts this input into text for use with software such
as internet browsers and email programs. As an educational tool, two of the
most important features of the tablet PC are annotation and wireless
communication. The annotation feature allows the user to write on almost any
document much as one would annotate a printout of the same document. The
wireless communication feature allows tablet PCs to share information with one
another. The advantages of these features and their impact on the Murray State
University (MSU) classroom will be discussed in the evaluation section.
Kata kunci: tablet
PC; penjelasan matematika,
komunikasi nirkabel
1.
Pendahuluan
Upaya terakhir untuk menggunakan
teknologi untuk secara efektif memfasilitasi
pembelajaran dan untuk meremajakan format belajar tradisional, [1], telah menyebabkan meluasnya penggunaan tablet PC dalam matematika dan ilmu mengajar di Murray State University (MSU). Manfaat tablet PC dalam
konteks yang dibahas dalam [2]. Para penulis fokus
pada dampak yang kuliah dengan
inklusi
penyelidikan melalui pembelajaran
berbasis Tablet PC dapat memiliki
pada siswa. Mereka menekankan
bahwa belajar siswa ditingkatkan dengan peningkatan teknologi untuk pendengaran dan visual mode belajar. Penggunaan tablet PC di MSU telah
menyebabkan kampus-lebar diskusi
dan koordinasi universitas mengajar efektif, [3]. Pada
artikel ini, kita membahas penggunaan
beberapa
tablet PC, jasa-jasa mereka dan kekurangan mereka. Secara
khusus, kami membahas khasiat
tablet
dalam tablet tunggal dan kelas
tablet ganda. Kami
menyajikan contoh penggunaannya
dalam
interdisipliner program. Akhirnya,
kita membahas pengukuran reaksi siswa dalam
berikut tabel ringkasan.
Advantages (keuntungan)
|
Disadvantages (Kerugian)
|
Use of archived notes for student
learning (Penggunaan catatan diarsipkan untuk mahasiswa belajar)
Use of colour to emphasize work (Penggunaan warna untuk menekankan pekerjaan)
Ability to involve students in
multi-tablet
classroom and to encourage interaction between
students
(Kemampuan untuk melibatkan siswa dalam
tablet multi-kelas dan untuk mendorong interaksi antara siswa)
Use of multiple programs to aid
in student
learning (Internet, Virtual TI and other software)
Increase in
student learning and ownership of that learning (Penggunaan beberapa program untuk membantu
dalam belajar
siswa (Internet,
Virtual TI dan perangkat
lunak lain)
|
Wireless connectivity challenges (tantangan konektivitas nirkabel)
Additional technical support Needed (Tambahan dukungan teknis dibutuhkan) LaTeX DVI files cannot be imported into Windows Journal (LaTeX DVI file tidak dapat diimpor ke Windows jurnal)
Math Journal recognition of
mathematical
symbols (Matematika Journal pengakuan
matematika simbol)
|
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP INTEGRAL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DENGAN MEDIA
PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
INTEGRAL
Media Harja - 20112512023
A.
LATAR BELAKANG
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mengingat pentingnya peranan
matematika ini, upaya untuk
meningkatkan sistem pengajaran
matematika selalu menjadi
perhatian, khususnya bagi pemerintah
dan ahli pendidikan
matematika. Salah satu upaya nyata yang
telah dilakukan pemerintah terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Standar
Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan
pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Menurut Depdiknas (2006) Salah satu tujuan KTSP pelajaran
matematika yaitu agar
peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan Yusuf (2010:34), Tujuan
pembelajaran matematika dalam KTSP yaitu (1) mengembangkan aktifitas kreatif
yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta
mencoba-coba, (2) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, garfik, peta,
diagram di dalam menjelaskan gagasan, (3) menguasai kompetensi dasar pada
setiap materi pembelajaran termasuk kompetensi dasar dalam integral, khususnya
sub pokok bahasan luas sebagai limit jumlah, integral
tentu, dan penggunaan integral
tentu untuk menghitung luas daerah serta menghitung volume benda putar.
Menurut Rohana (2011:111) Dalam memahami konsep
matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi.
Sedangkan saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep
matematika masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang
dikemukakan Ruseffendi (2006:156) bahwa terdapat banyak peserta didik yang
setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling
sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga
matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman
konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika
seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003:7) bahwa ”mata pelajaran matematika
menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik
harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan
soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata.
Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan
hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman terhadap
konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara
bermakna.
Untuk mencapai pemahaman konsep
peserta didik dalam matematika bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman
terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individual. Setiap peserta
didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep – konsep
matematika. Namun demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu
diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya
untuk mengatasi permasalah tersebut, guru
dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan
metode, teori atau pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagai subjek
belajar bukan lagi objek belajar
Berdasarkan hasil peneliti TIM PPM Universitas
Sriwijaya tahun 2011, bahwa salah satu pokok bahasan yang menjadi persoalan
guru dan siswa dilapangan adalah materi integral. Banyak siswa mengalami kesulitan
ketika memahami konsep sehingga tidak bisa menyelesaikan soal-soal, begitu juga
cara guru menyampaikan materi tersebut mengalami kesulitan karena banyaknya hal
yang abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan siswa sehingga siswa tidak
mengerti.
Langganan:
Postingan (Atom)